Teknologi
media selalu dan akan terus berkembang dari waktu ke waktu. Seperti halnya
sekarang ini dimana kemunculan internet telah menciptakan sebuah bentuk baru dari media yang awalnya konvensional
berubah menjadi media baru atau “new media”. McQuail (2005 : 138) telah
menyebutkan karakteristik dari media baru atau “new media” ini antara lain :
digitalisasi di segala aspek ; konvergensi dari media yang berbeda ; divergensi
internet dari komunikasi massa ; adaptasi dari peran publikasi ; adaptasi dari
peran publikasi ; peran audience yang lebih luas ; fragmentasi dan pengaburan
institusi media ; dan berkurangnya kontrol sosial.
Setiap
perkembangan dan perubahan teknologi media juga diikuti dengan perubahan
karakteristik masyarakatnya yang menjadi konsumen media tersebut. Contohnya
pada kemunculan internet yang dimulai sejak era internet pada gelombang ketiga
dari tahapan perkembangan kajian media dan community. Era internet ini
berkembang sejak tahun 2000an yang salah satunya diindikasikan dari pembentukan
Asosiasi Internet Peneliti dan penyelenggaraan konferensi internasional pertama
pada September 2000. Sejak saat itu pula internet semakin merambah ke berbagai
kalangan masyarakat mulai dari remaja, orang dewasa, bahkan anak kecil dan
lansia tidak mau kalah mengikuti perkembangan teknologi. Karakter masyarakat
akbiat munculnya internet ini juga sudah terlihat nyata perubahannya.
Masyarakat cenderung lebih menyukai segala sesuatunya yang instan, praktis,
cepat, mudah, bebas dan cenderung konsumtif. Adanya ketergantungan terhadap
media internet juga tidak dapat dipungkiri. Bahkan masyarakat sekarang lebih
tidak bisa hidup tanpa koneksi internet.
Instan
dan praktis disini dapat dilihat dari cara masyarakat saling berkomunikasi
dengan memanfaatkan jejaring sosial, aplikasi chatting, email dan fitur-fitur
sejenisnya. Aplikasi dan fitur tersebut memungkinkan kita untuk berkomunikasi
dengan orang di seluruh penjuru dunia hanya melalui sebuah benda kecil bernama
smartphone. Hebatnya smartphone ini bisa kita bawa kemana saja dan dapat
digunakan kapan saja. Sehingga kita tidak perlu lagi repot pergi ke kantor pos,
menulis surat, mengirim telegram, menunggu balasan sampai berminggu-minggu untuk
sekedar menanyakan kabar. Masyarakat sekarang lebih dimanjakan dengan
kepraktisan yang ditawarkan dari kecanggihan teknologi dan media. Lalu dari
segi kecepatan, tentunya media-media yang kita temui sekarang ini belum ada
yang bisa menyaingi kecepatan aplikasi chatting atau email untuk mengirim
pesan, dan menerima pesan. Hanya dalam hitungan detik saja kita bisa mengetahui
kondisi dunia saat ini seolah membuat jarak menjadi tidak lagi berarti. Begitu
pula dari segi akses informasi. Apapun jenis informasi yang ingin kita ketahui
dapat diakses secara bebas melalui search engine yang juga terhubung dengan
jaringan internet.
Dari
hal-hal itulah kemudian kita menjumpai fenomena yang disebut dengan virtual
community. Virtual community ini diartikan sebagai sekelompok orang yang saling
berkomunikasi lewat dunia maya atas dasar kepentingan dan tujuan yang sama.
Sedangkan lawannya adalah organic community yaitu dimana individu-individu
melakukan komunikasi dengan cara bertatap muka secara langsung. Istilah virtual
community ini dicetuskan pertama kali oleh Rheingold dalam bukunya The Virtual
Community Homestanding on the Electronic Frontier pada tahun 2000. Orang-orang
dalam komunitas virtual ini dapat melakukan hampir segala hal yang biasa orang
lain lakukan di dalam dunia nyata, perbedaanya mereka melakukan semua itu tanpa
dapat bertemu secara langsung. Mulai dari berdiskusi, bermain game online,
berteman baru, saling memberikan dukungan, bergossip, melakukan debat, sharing
informasi, sampai berdagang dan bekerja di dunia maya. Pembahasan mengenai
berdagang dan bekerja di dunia maya inilah yang menarik. Bila dikaitkan dengan
pembahasan sebelumnya mengenai karakteristik masyarakat era internet yang
cenderung lebih ‘manja’ karena memperoleh kepraktisan, instan, cepat, dan
segala kemudahan dari perkembangan teknologi media, disini akan ditunjukan bahwa masyarakat era internet
juga bisa kreatif dengan memanfaatkan perkembangan teknologi media tersebut
bahkan sampai bisa menghasilkan uang darinya.
Berdagang
di dunia maya bisa dicontohkan lewat pedagang yang membuka lapak mereka secara
online atau yang biasa kita kenal dengan online shop. Mungkin hampir tidak ada
yang merasa asing dengan online shop ini. Lalu bagaimana dengan bekerja di
dunia maya? Freelance writer lah contohnya. Freelance writer ini merupakan
jenis pekerjaan yang bisa dikategorikan sebagai virtual community, dimana
tiap-tiap pekerjanya tidak bertemu secara langsung melainkan hanya memanfaatkan
media internet untuk saling menyelesaikan tugas dan pekerjaannya. Penulis
artikel untuk blog misalnya. Pemilik blog dan situs-situs di internet dapat
memperoleh keuntungan dari setiap pengunjung yang masuk jika situs atau blog
mereka memiliki sponsor. Agar situs dan blog mereka ramai dikunjungi orang,
tetunya konten yang terdapat di dalamnya harus terus menerus di up date secara
berkala. Ada trik-trik tertentu pula seperti seo, dan lain sebagainya yang
membuat blog dan situs mereka nantinya bisa muncul di halaman pertama search
engine google. Para penulis lepas atau freelance writer memanfaatkan kesempatan
ini untuk memperoleh keuntungan. Mereka digaji untuk membuat artikel yang
nantinya akan diposting setiap harinya di blog atau situs-situs tersebut.
Saya
sendiri sudah bekerja menjadi freelance writer ini sejak delapan bulan yang
lalu. Disinilah saya merasakan manfaat kemunculan virtual community dan dampak
positif dari adanya new media pada era internet sekarang ini. Selain mendapat
keuntungan berupa gaji, yang saya rasakan lainnya adalah dengan bergabung
dengan komunitas virtual penulis lepas ini tingkat kreatifitas yang saya miliki
menjadi lebih terpacu dan mendapat banyak pelajaran tentang kepenulisan, karena
pekerjaan ini menuntut setiap pekerjanya menulis sedikitnya 1500 kata setiap
hari. Jadi jika selama ini internet dan perkembangan media banyak dipandang
memberikan dampak negatif terhadap remaja dan kawula muda, seperti
karakteristik masyarakat yang telah disebutkan sebelumnya, hal ini tidak
sepenuhnya benar. Melalui freelance writer ini dan banyak contoh lainnya akan
membuktikan bahwa kemunculan media baru memberikan banyak dampak positif yang
tidak hanya sekedar kecepatan berkomunikasi dan akses infromasi, kemudahan,
kepraktisan dan yang nantinya dikaitkan dengan karakteristik masyarakat yang
‘manja’. Namun justru pemanfaatan yang baik akan membuat masyarakat menjadi
lebih kreatif dan berkembang.
No comments:
Post a Comment